Ekonomi

Kenaikan Ongkos Logistik Sebagai Dampak Konflik Laut Merah

Konflik Laut Merah secara signifikan menyebabkan kenaikan ongkos logistik. Bagaimana tidak, pelayaran Asia menuju Eropa kini harus melewati jalur yang lebih panjang. Setidaknya kapal harus memutar ke Afrika Selatan melalui Tanjung Harapan.

Blokade laut Merah oleh Houthi Yaman melarang kapal-kapal AS dan sekutunya melintas. Ini merupakan salah satu aksi untuk mencegah pengiriman logistik dan persenjataan ke wilayah Israel. Namun dampaknya sangat signifikan terhadap perekonomian.

Kenaikan Ongkos Logistik Sebesar 65% Akibat Konflik Laut Merah

Menurut Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), Carmelita Hartoto, krisis laut merah sangat mempengaruhi pelayaran dunia. Dampak paling berat dirasakan adalah kenaikan ongkos logistic sampai 65%. Kenaikan dipengaruhi hal-hal berikut:

  1. Tertundanya Waktu Pengiriman Barang Asia ke Eropa

    Larangan kapal melintasi laut merah menyebabkan pelayaran harus melewati jalur alternatif lain yaitu Afrika Selatan. Perubahan rute ini dilakukan oleh semua pelayaran komersial demi menghindari risiko serangan.

    Perubahan rute ini menurut ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Mahendro Rianto, mengakibatkan kenaikan ongkos logistik. Rata-rata naiknya bisa sampai 50%, bahkan saat sedang sibuk kenaikan bisa sampai 100%.

  2. Naiknya Biaya Operasional

    Biaya operasional secara keseluruhan naik signifikan karena perjalanan jadi makin lama. Salah satunya adalah untuk kebutuhan bunker karena kapal harus menghindari rute melewati Laut Merah.

  3. Meningkatnya Konsumsi Bahan Bakar Kapal Lebih Banyak.

    Karena harus memutar lebih jauh, otomatis kebutuhan bahan bakar juga lebih banyak. Lebih panjang waktu yang diperlukan kapal untuk sampai ke pelabuhan tujuan. Biaya bahan bakar ini nantinya akan dibebankan pada ongkos logistik.

  4. Potensi Naiknya Asuransi Kapal karena Ketidakamanan Pelayaran.

    Ongkos logistik juga dipengaruhi oleh kemungkinan naiknya biaya asuransi. Sebab keamanan pelayaran jadi tidak menentu akibat adanya krisis di Laut Merah. Setidaknya selama pelayaran yang memakan waktu minimal 10 hari, keamanan harus terjamin.

Secara umum semua komoditi ekspor maupun impor akan terdampak oleh kenaikan biaya logistik. Namun persentase paling tinggi adalah makanan yang menempati posisi pertama yaitu 47%. Komoditi terbanyak berikutnya adalah kebutuhan rumah tangga seperti sabun, shampoo, detergen, pembersih lantai dan sejenisnya. Perdagangan komoditi ini cukup tinggi karena merupakan kebutuhan sehari-hari.

Komoditas Ekspor yang Terdampak Kenaikan Ongkos Logistik

Kenaikan ongkos logistik juga berdampak langsung pada komoditi fashion seperti sepatu dan pakaian. Ini merupakan salah satu item yang juga cukup banyak diimpor dari Eropa ke Asia. Konsumen Asia termasuk juga Indonesia cukup menggemari produk fashion brand ternama. Beberapa brand kenamaan tersebut berasal dari Eropa. Sementara dari Asia produk fashion yang banyak diimpor terutama kain dan pakaian khas seperti batik, tenun, songket dan sebagainya.

Ekspor dari Asia yang jumlahnya tak kalah banyak adalah produk furniture. Salah satu eksportir besarnya adalah Indonesia. Furniture high end Eropa banyak yang dipesan dari Indonesia dengan kerajinan khasnya seperti pahat dan ukir. Kenaikan ongkos logistik berdampak langsung pada komoditi komponen elektronik. Pasti akan ada kenaikan harga jual yang dibebankan kepada pembeli. Harga jual naik sebab ada tambahan biaya angkut.

Sebanyak 67 produk turunan Crude Palm Oil (CPO) juga turut terdampak. Produk turunan ini contohnya seperti minyak goreng, margarin, butter dan sebagainya. Produk turunan ini sangat dibutuhkan khususnya oleh Negara-negara di Eropa untuk mengolah makanan. Adanya gangguan proses pengiriman yang berkepanjangan akan sangat mempengaruhi tingkat resesi di Eropa.

Seperti diketahui perekonomian  Negara-negara di benua ini sempat mengalami resesi ringan yang salah satunya diakibatkan oleh inflasi. Apabila kondisi lalu lintas perdagangan masih tidak menentu di tahun 2024, maka sulit untuk bank Sentral dalam membuat kebijakan penurunan suku bunga. Ini artinya ancaman serius bagi perekonomian Eropa.

Kenaikan Ongkos Logistik dan Gangguan Perekonomian Eropa

Secara umum dampak krisis Laut Merah dirasakan pada berbagai kasus perpanjangan waktu pengiriman. Sementara efek yang lebih serius belum sepenuhnya dirasakan dimana perdagangan Eropa terbilang masih berjalan lancar. Kenaikan ongkos logistik belum sepenuhnya berimbas pada perekonomian. Sebab kinerja ekonomi global masih di bawah rata-rata, menunjukkan kelonggaran dalam sistem perekonomian.

Paling dikhawatirkan adalah adanya lonjakan harga minyak. Minyak dibutuhkan sebagai bahan bakar yang memperlancar logistic darat, distribusi produk, serta transportasi. Tidak hanya di Indonesia, meningkatnya harga minyak berimbas pada harga komoditi lainnya. Sementara itu dampak jangka panjang diprediksi lebih terasa dari impor dibanding ekspor.

Sebab hampir seperempat produk yang masuk pasaran Eropa berasal dari pelayaran Asia. Contoh perusahaan yang terdampak adalah Tesla.  Perusahaan produsen mobil listrik ini sudah menyusun rencana penangguhan produksi di Jerman mulai 29 Januari sampai 11 Februari 2024 karena pasokan komponen berkurang.

Sementara itu Volvo Swedia juga sempat berhenti produksi di pabrik Belgia selama 3 hari. Menyikapi krisis Laut Merah yang masih tidak ada kepastian, beberapa perusahaan seperti IKEA mulai melirik transportasi jalur udara. Besar kemungkinan tetap terjadi kenaikan ongkos logistik tetapi setidaknya waktu pengiriman lebih singkat.